LaditachudaAvatar border
TS
Laditachuda
Karena Elu Sobat Terbaik

Pixabay



"Argh, napa sih nyenggol-nyenggol mulu?" semburku begitu Rio menarik kursi di sampingku lalu mengenyakkan pantatnya.

Rio melirik catatanku yang jadi tak rapi, terlihat menyesal karena terburu-buru tadi sampai menyenggol lengan.

"Gue mau kabur," ucapnya tiba-tiba sambil mengacak-acak rambut kribonya. Tampangnya sekarang lebih kusut dari rambut galingnya itu.

Aku berhenti mencatat. Meliriknya sinis. Rio berjengit, menyadari tatapan setajam silet yang menusuk dari samping. "Maksud, Lo??" Nada suaraku berhasil membuat nyali Rio menyurut. Jelas sekali terlihat dari raut wajahnya yang makin panik.

"Jangan galak-galak! Pokoknya gue anti dijodohin! That's it!"

Dijodohin? Aku menatap Rio lekat-lekat. Ini aku yang salah dengar, apa si galing yang menghayal?

"Jangan kaya gitu Ayaaa! Gue kaga mau dijodohin, dan gue mau kabur!!"

Sontak seluruh isi perpustakaan menatap Rio. Termasuk aku. Dijodohin? Astaga, emangnya zaman Siti Nurbaya?

***

Siapa sih yang kaga kenal dua biang ribut? Aya dan Rio, si biang ribut. Bukan ribut dalam hal negatif, tapi keduanya terkenal sering membangkang aturan keluarga. Sekolah Bintang bisa dibilang tempat untuk orang-orang elit. Dan keluarga kedua sahabat itu termasuk salah satu penyumbang dana terbesar untuk pembangunan sekolah.

Aya, alias Raisya, anak sulung dari keluarga Pearl. Sedangkan Rio, jadi pewaris utama keluarganya setelah kakak perempuan satu-satunya kabur ke Amerika untuk menjadi artis. Kabar burung beredar selama bertahun-tahun, menceritakan tentang kedekatan kedua keluarga yang dicurigai terikat kisah percintaan masa lalu.

Rio, tak pernah suka segala aturan ketat di keluarganya. Hanya saja dia masih memikirkan perasaan ibunya yang terbaring sakit selama bertahun-tahun hingga akhirnya selalu mengurungkan niat untuk melarikan diri. Walaupun Aya sering meledeknya banci, tapi dirinya lebih mementingkan kesehatan ibunnya. "Cukup kamu saja yang jadi beban ibu," ucapnya selalu pada foto seorang gadis berlatar belakang panggung konser musik.

Aya, selalu benci jadi anak tunggal. Dia benci jika Mama protes ketika dia memakai kaus baseball. Benci ketika diajari attitude di meja makan. Bahkan sangat benci ketika Mama mengajarinya cara berjalan.

"Gue kaya Barbie, Yoo," tangisnya sesegukan di pangkuan Rio yang pasti berlagak bak ksatria paling paham masalah emosi cewek kalau Aya lagi kambuh labilnya. Dan dia pasti berusaha jadi penengah antara Tante cantik yang ia kagumi dengan sahabatnya itu. Kemudian drama itu pasti berakhir dengan teriakan Aya, "Gue benci loooo ...." Ini satu lagi yang Aya benci, Rio selalu membela Mama, dan Mama selalu membela Rio. Entah kenapa mereka berdua itu hobi memojokkan orang yang tertindas.

Keluarga Pearl dan Diamond jadi paling disegani di antara mereka yang menduduki kursi kepengurusan sekolah. Sayangnya kedua keluarga itu tidak terlalu piawai mengurus kedua penerusnya. Aya sering dikatakan produk keluarga yang belum matang oleh Mama. "Bagaimana kamu mengajari anak-anakmu nanti? Sekarang saja payahnya minta ampun kalo Mama ajarin." Dan Aya pasti mendadak mencret-mencret kalau Mama sudah mulai galau seperti itu. 'Anak-anak? Astaga, masak nasi aja kaga bisa, ko ini nyinggung anak pula,' keluh Aya.

Kemudian Rio yang selalu melarikan diri di akhir pekan. Dia sama sekali tidak berminat meneruskan bisnis ayahnya. Darah seni ibunya mengalir deras di tubuh Rio dan kakaknya. Kalau tidak ingat ibu tersayangnya yang tak berdaya, dia pasti sudah mengikuti jejak kakaknya pergi ke Amerika. Akhir pekan adalah penjara untuknya, karena Ayah pasti sudah bersiap dengan tumpukan buku tentang bisnis di ruang kerjanya

***
"Mau kemana?" tegur Ayah tiba-tiba ketika Rio menyelinap di belakang kursinya.

'Sialan!' maki Rio dalam hati. 'Kok bisa-bisanya dia tahu aku mau kabur?' Rio menghentikan langkahnya. Perlahan ia memutar badan, dilihatnya Ayah menurunkan surat kabar yang tengah dibacanya, wajahnya tampak gusar. "Ke-ke depan dulu sebentar ... tadinya ...," jawabnya  gugup.

"Hmm ... ke depan, yah? Apa mau kabur lagi?"

Rio bergeming. 'Huh, mentang-mentang pebisnis! Instingnya kuat banget,' keluhnya. Tertangkap basah, ia pun salah tingkah. "Ngapain juga kabur ...," selorohnya.

"Yaa, siapa tau kamu nggak minat hadir di pesta?" Alis kiri Ayah terangkat. Itu pertanda argumennya tak ingin dibantah.

Paham usahanya gagal, badan Rio lemas semua. Ia pun memutuskan menenggelamkan badannya di sofa baca, tepat di depan meja baca ayahnya, menunggu takdir buruk yang akan menimpa. Rio yakin pasti di pesta nanti ada berita buruk. Bunyi bip bip di ponsel seketika mengalihkan pikirannya dari berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Matanya terbelalak begitu membaca pesan dari Aya.

 ["Yo, kita kabur, yuk!"]

Rio mengerjapkan mata beberapa kali membaca pesan itu. Godaan yang sangat menggoda. Sayangnya, posisinya sekarang lebih sulit dari tawanan perang. Diam berarti mati, bergerak--lebih cepat lagi matinya.

["Sorry Ay, radar di rambut kriboku bilang kalau idemu itu hal mustahil untuk saat ini"]

Seketika gambar foto profil Aya jadi abu-abu. 'Cewe aneh,' keluhnya, 'Kesel dikit main blokir aja.' Ia pun makin menenggelamkan diri dalam sofa hingga akhirnya tertidur.

***

Aya memandang bayangan di cermin. Tak ada yang salah dengan pakaiannya. Malah ia suka dengan warna putih gadingnya. Hanya saja dirinya merasa kalah hari ini. Karena mau tak mau harus menuruti kemauan Mama. Aya si keras kepala kalah total hari ini.

"Nah, kan, apa mama bilang ... Raisya Pearl memang putri yang cantik." Mama mengecup pipi Aya. Matanya bahagia. 

Aya hanya diam. Ia jadi merasa seperti boneka. Dari tadi Mama tak berhenti menyisiri rambutnya. 'Harusnya si Kribo yang disisiri kaya gini, biar lurus rambutnya, otaknya juga,' keluhnya. Tiba-tiba ia teringat belum membuka blokiran tadi pagi. Sontak Aya meraih ponsel dari atas meja rias. Ia memang tak bisa marah lama-lama, apalagi sama si Kribo. Rasanya aneh kalau sehari saja tidak ada kabar darinya.

"Sepertinya tamu-tamu sudah datang." Mama meletakkan sisir. Ia tampak sangat gembira. "Ayo, cepat turun, Ay!"

Enggan, Aya berdiri dari kursinya. Ia mengikuti Mama dengan ragu. 'Akan ada apa gerangan nanti di pesta?' Ia berharap bukan sesuatu yang buruk. Antusiasme Mama mempersiapkan pesta hingga diadakan di Villa Air Terjun cukup membuatnya bertanya-tanya.

"Halo, apa kabar? Kau kelihatan cantik sekali, Sayangku." Suara Mama menyambut tamu terdengar begitu jelas. Perlahan, Aya membuka pintu ruang keluarga.

"Raisya, sini salam dulu sama Tante!" Mama melambai, menyuruhnya mendekat. Tiga sosok orang dewasa tertimpa cahaya matahari dari jendela kaca. Aya memicingkan mata. 'Sepertinya aku kenal mereka.'

"Hai, Ay!" Suara yang sangat dikenalnya tiba-tiba menyapa. Terkejut, Aya membuka mata lebar-lebar. Ya Tuhan!

"Kribo ngapain Kamu di sini?" desis Aya penuh tuduhan, setelah selesai menyalami kedua orang tua Rio. Rio hanya mengangkat bahu, tanda dirinya juga tak tahu tentang serba kebetulan ini. Aya mengeluh, apa rencana semua orang dewasa itu?

***

Setidaknya makan siang yang lezat berhasil mengalihkan perhatian Aya dan Rio dari berbagai pertanyaan. Keluarga mereka memang sering saling jamu seperti ini. Kalau tidak salah dari mereka berdua masih kecil. Tapi Aya tetap curiga ada sesuatu yang tak biasa di sini. Bukan suatu kebetulan hari ini mereka berkumpul bersama di Villa Air Terjun.

"Sekarang waktunya?" Tiba-tiba Ayah Rio bertanya pada Mama. 

Mama menjawab dengan anggukan, lalu meraih tangan ibunda Rio. Mereka berdua saling melempar senyuman. Sementara kedua sahabat yang kebingungan saling menendang kaki di bawah meja. Mereka penasaran dengan apa yang akan terjadi.

"Rio," sapa Ayah sambil menepuk bahunya, "Perkenalkan ini tunanganmu ...." Ayah berjalan perlahan, lalu meletakkan tangannya di bahu Aya.

Aya mematung. Otaknya mendadak tumpul. Sementara Rio menatap dirinya tak berkedip. Jelas tak berdaya.

"Ma-maksud Ayah?"

Ayah menatapnya geli. "Iya, ini cewe yang dijodohkan denganmu. Waktu itu ... ketika kamu mendadak menghilang dari rumah ...."

Seketika Rio terbatuk-batuk. Aya menjatuhkan sendok pudingnya. Ia teringat pesta yang tak jadi sebulan lalu. Walaupun senang, ia tak tahu apa alasannya kenapa tak jadi. Waktu itu bertepatan dengan Rio yang kabur ke pantai. Cuma dia yang tahu si Kribo kemana waktu itu. Astaga! Wajah Aya langsung pucat, jangan-jangan pesta waktu itu untuk ....

"Rio, Raisya itu tunanganmu. Kalian ditunangkan dari umur 6 tahun." Ibu Rio menambahkan, senyum bahagia mengembang di wajahnya.

"Ta-tapi, Ayah, a-aku ...." Rio langsung menghentikan kata-katanya begitu melihat wajah Aya. 'Mana sanggup aku menolak,' keluhnya. Gelisah, ia pun menunduk sambil memainkan sisa puding. 'Tapi dijodohkan itu menggelikan,' keluhnya lagi.

"Aku tunangan Rio?" Suara Aya bergetar. Bukan karena marah. Tapi kecewa karena ketiga orang dewasa itu menyembunyikan rahasia selama ini. 'Jadi ini alasannya kenapa aku selalu boleh Rio ajak kemana-mana sama Mama ....'

Mama tersenyum-senyum. "Maaf kalau kalian berdua kaget ...."

Papa tiba-tiba tertawa, "loh, loh, kenapa jadi pada tegang gini? Ayo, kita rayakan kebahagiaan ini!" Papa menuangkan anggur ke gelasnya.

Pelayan-pelayan bergerak sigap mengisi setiap gelas. Piring-piring melayang perlahan ke meja dorong. Meja makan dalam sekejap dipenuhi berbagai kudapan lezat. Aya dan Rio tampak kikuk di tengah senda gurau kedua orangtua mereka.

***

"Ay ...." Rio menyapa Aya yang sedang sibuk memenuhi piringnya di meja buah-buahan.

Aya pura-pura tidak mendengar. Sengaja ia penuhi mulutnya agar tak bisa menjawab. Satu potong melon dilalapnya lagi, padahal yang di dalam mulut belum selesai dikunyah.

"Nanti kamu keselek," tegur Rio, sadar kalau Aya sengaja mengabaikannya.

Tiba-tiba Aya kesal. Diletakkannya piring di atas meja, lalu sambil berkacak pinggang menghadap Rio.

"Jadi cewe gendut, jelek, menyebalkan, bodoh mau dijodohkan itu tuh aku kan?" sembur Aya.

Rio berjengit. Dia terjebak. "I-itu kan waktu itu ... nggak tau kalau itu kamu ...."

"Ya, tapi pan kamu sambil marah-marah Kribo waktu itu! Ngata-ngatain aku jelek dan gendut!"

"Aku nggak tau itu kamu, Ay."

"Tetep aja kamu ngata-ngatain aku! Kegantengan amat Kribo! Lurusin tuh rambut, biar lurus otaknya!

Wajah Rio merah padam. Hampir terpancing. "Dasar bawel! galak! Makanya aku nggak pernah nyatain ...." Rio kaget dengan ucapannya sendiri, buru-buru membalikkan badan.

Aya mengejarnya. Sebagai pelampiasan harga dirinya yang tertindas. Karena dijodohkan diam-diam. 'Emangnya gue kaga bisa tanpa Elu sehari saja? Kalo ga bisa juga, itu karena Elu sobat terbaikku!' gerutunya.

"Nyatain apa?" sembur Aya, berkacak pinggang lagi setelah berhasil berdiri di hadapan Rio.

Wajah Rio merah padam. "Nyatain kalo Elu itu galakkkk ...."

"Enak aja Kriboooooo ...."

Dan pertengkaran itu terus berlanjut hingga ke taman air mancur. Disaksikan burung-burung yang sedang mengantuk, Aya dan Rio saling melampiaskan kesal karena terjebak masa depan bersama.

***

Orang tua Aya dan Rio tertawa-tawa melihat tingkah keduanya. Tapi mereka senang karena kedua anak itu mau menerima. Yah, pasti menerima, karena Aya dan Rio memang saling suka sebenarnya.

"Seharusnya kita umumkan sewaktu ulang tahun mereka ke-17, yah ...."

Ayah Rio tertawa. "Sekarang juga tak ada bedanya," ucapnya sambil menatap lembut Mama Aya.

Ibunda Rio tersenyum bahagia melihat mereka. Setidaknya ia telah menebus rasa bersalahnya selama ini. Cinta segitiga berpuluh tahun lalu. Jika saja saja waktu itu ia tak pura-pura tertabrak mobil, Ayah Rio pasti sudah menikah dengan Mama Aya. Sayangnya, pria itu terlalu baik, dan memilih bertanggungjawab. 'Hanya dokter dan keluarganya yang tahu, jika kakinya yang lumpuh ini karena penyakit, bukan karena tertabrak ...." Buliran airmata menetes di pipi Ibunda Rio, tanda sebuah penyesalan.

***




Happy reading







Diubah oleh Laditachuda 01-11-2023 06:17
bukhorigan
oulaaa
ormarr
ormarr dan 2 lainnya memberi reputasi
3
123
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.