LaditachudaAvatar border
TS
Laditachuda
Rumah Baru - KUNCEN


"Silakan masuk! Ayo, ayo, langsung masuk saja." Wanita pemilik rumah itu sangat antusias mempersilakan kami masuk.

Pertama kali masuk aku sedikit merasakan hawa dingin di ruang tamu. "Ah, mungkin karena sudah terlalu lama kosong." Tepisku pada diri sendiri.

"Bagaimana? Suka nggak?" tanya Den, suamiku. Matanya bersinar-sinar, jelas sudah dia yang menyukai rumah ini.

Aku menjawab pertanyaannya dengan satu anggukan tak kentara. Mau protes juga pasti tidak bisa. Lagipula ada pengaruhnya? Toh, dia pulang tiga bulan sekali saja.

"Kalau begitu, kami jadi ambil rumah ini, Bu," ucap Den sambil meraihku ke dalam pelukannya.

Ucapan suamiku disambut tawa gembira ibu pemilik rumah. Dia langsung bercerita macam-macam, termasuk tentang rumah ini yang hampir 5 tahun tak ada peminatnya.

***
Hari-hariku berjalan seperti biasanya, tak ada yang istimewa. Dari mulai menyiapkan anak pergi sekolah, hingga menyiapkan tempat anak untuk tidur, seperti itu saja perputarannya. Jika siang hari tiba yang aku lakukan hanyalah tidur sambil menunggu anak pulang. Kadang-kadang di tengah tidur aku mendengar suara langkah kaki dari sepatu wanita. Bukan hal yang aneh karena komplek tempat rumahku berada ini memang sepi. Kalau ada yang lewat di depan rumah pasti terdengar hingga kamar.

Kadang-kadang aku memarahi Kiki anakku, entah kenapa dia dari dulu hobi sekali mematikan dan menyalakan lampu. Sekarang hobinya tambah lagi, dia jadi senang menutup buka pintu dapur.

"Ih, Mama bawel!" Protesnya suatu hari sambil menendang-nendang bola ke dinding rumah. Suaranya berisik sekali. Tambah berisik lagi ketika langsung ditimpali suara kursi-kursi dari sebelah. Rumah sebelah memang punya usaha tenda dan alat-alat pernikahan.

Seperti itu saja perputaran kegiatanku yang membosankan. Telepon dari Den adalah satu-satunya penghiburku, tapi itu pun jarang terjadi karena dia sangat sibuk. Beruntung aku punya teman akrab untuk chit chat, walaupun hanya di dunia maya. Aku akan sangat senang sekali ketika ada teman yang chat atau sengaja menelepon. Seperti hari ini ketika tiba-tiba aku menemukan ada chat masuk dari Rika teman SD-ku.

["Si, pa kabari nih? Katanya kamu pindah ke rumah yang di ujung itu yah?]

Kontan langsung kubalas chat-nya. Entah dapat berita dari mana dia kalau aku pindah ke rumah ini. Kelihatannya dia ingin bercerita sesuatu sama aku.

Tiga hari kemudian Rika datang bersama kedua anaknya. Aku sedikit terkejut ketika mendengar ceritanya tentang rumah yang sekarang kutinggali ini.

"Masa iya sih, RI?" tanyaku gugup setelah ia selesai bercerita.

"Iyalah bener kayak gitu. Makanya aku heran ko kamu mau pindah ke rumah angker ini. Itu garasi aja kan bekas tempat nyimpen keranda. Makanya suka berisik kaya suara kursi digeser-geser kan?"

Deg! Tiba-tiba saja perasaan tak enak merasukiku. Dari cerita Rika semua urutan kejadian yang kuanggap biasa di rumah ini jadi terasa janggal sekarang. Katanya pemilik rumah yang dulu punya piaraan di rumah ini. Ketika pemiliknya meninggal piaraannya itu jadi sering mengganggu, bahkan sampai membuat sakit dan hilang kesadaran orang-orang yang tinggal di sini. Sampai akhirnya istri si pemilik rumah memutuskan pindah ke rumah anaknya.

Den malah tertawa ketika aku menceritakan tentang rumah kami yang berhantu. "Buktinya selama ini tak ada yang aneh-aneh kan?" tanyanya sambil terus tertawa-tawa. Aku sendiri tak yakin seperti Den. Karena sehari-harinya memang aku yang ada di rumah.

***
Seminggu setelah kunjungan Rika mulailah terasa hal-hal biasa yang jadi tak biasa. Ketika aku sedang melipat baju tiba-tiba Kiki berlari masuk kamar. Wajahnya ketakutan.

"Ma, ta-tadi ada orang masuk ga pasti Kiki main bola?"

Aku menggeleng. Heran melihat Kiki yang ketakutan. Setahuku dia sedang menendang-nendang bola ke dinding sebelum ketakutan seperti itu.

"Terus tadi siapa yang bayangannya ada di tembok?" tanyanya polos.

Sesuatu yang dingin naik dari dasar perut ke tenggorokanku. Aku pun menggeleng lagi, lalu pura-pura sibuk melipat baju. Kiki menempel terus padaku sejak kejadian itu.

Kemudian berbagai kejadian biasa jadi makin tak biasa saja sekarang. Lampu ruang tengah depan kamarku tiba-tiba meledak sebelum jam 12 malam. Aku yang ketakutan langsung menelpon Den. Dia malah tertawa dan menyuruh tukang untuk membetulkan lampu keesokan harinya. Kedatangan tukang itu malah makin membuat aku tak tenang.

"Mbak sendirian di sini?" tanyanya prihatin.

Aku terpaksa mengangguk. "Ada anak ko, pak."

"Penunggu rumah itu kalau kita sadar ada mereka malah makin menjadi-jadi." Itu adalah kata-kata si tukang yang terngiang-ngiang terus hingga berhari-hari kemudian.

Keesokan harinya ketika aku tengah tidur siang lagi-lagi terdengar bunyi sepatu wanita lewat di depan rumah. Anehnya, kali ini aku memutuskan untuk bangun dan mendengarkan dengan seksama. Ternyata suara sepatu itu dari ruang tengah. Jelas sekali terdengar suara hak sepatu wanita di atas lantai keramik. Bulu kudukku langsung berdiri ketika menyadari hal ini.

Sore hari ketika mendekati magrib aku pun bergegas menyalakan lampu seperti biasanya. Hanya saja kali ini aku mengintip dari balik pintu kamarku, penasaran apa Kiki iseng lagi mematikan lampu. Dan aku sangat ketakutan ketika tiba-tiba lampu teras mati, lalu digantikan dengan lampu ruang tamu yang menyala. Tak lama kemudian terdengar suara Kiki memasukkan sepeda ke teras depan.

"Ma! Ko lampu teras mati, malah lampu ruang tamu yang nyala huuu ...."

Aku pura-pura tak mendengar Kiki. Sejak hari itu aku makin jelas sering mengetahui mereka mematikan atau menyalakan lampu sesuai keinginan mereka. Bahkan jelas-jelas membuka pintu dapur di depan aku yang sedang mengerjakan PR bersama Kiki di ruang tengah. Aku jadi tertekan karena takut. Sehari-hari tinggal di rumah jadi seperti berada di wahana rumah berhantu. Dan aku tak bisa menceritakannya pada siapa-siapa sampai ketika semua jadi tak terkendali.

Puntung rokok bekas yang dilempar ke kepalaku itu hal biasa. Bola Kiki yang menggelinding, berputar di depanku juga biasa saja. Suara kursi yang berisik di garasi ketika Kiki ribut main bola di ruang tengah juga sudah sangat biasa. Yang tak biasa itu adalah ketika mereka mulai memanggil-manggil namaku dan Kiki. Seperti hari itu ketika aku kesal pada Kiki yang tak mau pulang padahal sudah sore. Dia malah terus memutari rumah berkali-kali dengan sepedanya.

"Ki, ayo pulang!" Aku berteriak memanggilnya untuk kesekian kalinya. Kiki malah tertawa-tawa sambil terus bersepeda. Karena kesal akhirnya aku punaduk ke dalam rumah. Padahal sebentar lagi azan magrib.

Tak lama kemudian, berbarengan dengan azan kudengar suara Kiki masuk. Aku terkejut ketika melihatnya terpincang-pincang.

"Mama tadi manggil?" tanyanya sambil meringis menahan sakit. Aku menggeleng, lalu buru-buru menghampirinya. "Tadi ada suara manggil Kiki pas lewat rumah. Tapi ga ada orangnya ... terus Kiki malah jatuh deh ...."

Aku tak bisa berkata-kata. Hanya berusaha mengobati lukanya di kakinya saja. Lalu malam itu aku tidur dalam ketakutan. Saking takutnya berkali-kali aku menelepon Den. Den malah marah karena aku mengganggu rapatnya. Karena kesal aku pun chat dengan teman di media sosial. Bahkan sampai telponan hingga larut malam. Saking asyiknya aku tak sadar kalau sudah tengah malam. Lalu terdengarlah suara itu ....

"Ka-kamu dengar itu?" tanyaku pada teman chat.

"Dengar apa Sayang?" tanyanya di seberang sana.

"De-dengar itu ...," bisikku terbata. Suara tawa melengking itu terdengar jelas, tepat di depan kamarku. Saking kagetnya telepon pun terlepas dari tanganku. Aku sangat ketakutan. Tanganku bergerak menggoyang tubuh Kiki, berharap dia bangun. Tapi Kiki seperti tak merasa. Dia tetap tidur.

Aku berusaha menggapainya tubuhnya lagi. Tapi aku tak bisa merasai Kiki saking takutnya. Lagi-lagi suara tawa itu terdengar. Tawa wanita, kikik melengking yang menakutkan, menusuk telinga dan kesadaran. Tiba-tiba pintu kamar terbuka! Aku terpana melihat sosok itu ....

Dalam gelap terngiang kata-kata Rika waktu itu.

"Penunggu rumah ini tak suka penghuninya melakukan hal-hal terlarang ...."


bukhoriganAvatar border
kas.botAvatar border
azhuramasdaAvatar border
azhuramasda dan 3 lainnya memberi reputasi
4
254
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.